Laman

Rabu, 21 September 2011

cerpen 1

Wednesday - Saturday, October 22,2011
KATAKAN YA

“…….Selamat menikmati acara ulang tahun ke 13 kampus kita mohon maaf jika terdapat kekurangan ya selamat malam dan terima kasih“, tepuk tangan meriahpun diberikan setelah aku turun dari panggung dan dari belakang menepuk punggungku,
“ditha”
dengan suara nyaring dan tampa dapat aku sempat menjawab reno langsung berkata lagi “selamat ya ditha ternyata kerja kerasmu berhasil juga ditha, tidak sia – sia Ketua Senat memilihmu sebagai ketua dalam acara ulang tahun kampus kita”,
“Makasi ya reno ini juga atas dukungan kamu jadi aku dapat melaksanakannya dengan sukses”.
“Oya teman – teman pada bangga ama kamu lho katanya kamu hebat banget bisa menghendel semua dengan lancar padahal kitakan lagi sibuk – sibuknya ujian akhir semester”, Kata ditha.
“Gimana tadi di panggung ada lihat felix ga??”
“iya, dia tadi ada lihat aku bentar tapi tiba – tiba ada luna yang nyamperin dia, jadi pergi lagi deh, aku mau cari dia dulu ya”.
Reno menahan tanganku “udah aku bilangkan uda jangan mengharapkan cintanya felix lagi, teman – teman juga banyak yang lihat dia selingkuh, dia juga enggak perhatikan kamu, masih banyak cowok kampus neh yang masih ganteng dan cakep lagi yang mau ama kamu”.
“enggak apa – apa kok Ren, kayaknya kemaren emang salahku, seharusnya aku yang meminta maaf”. Jawabku.
Reno adalah sahabat terbaikku, kami sudah bersama-sama sejak dari sekolah dasar hingga kuliah sekarang. Reno selalu berbicara terus kalo lagi datang moodnya. Dia juga tahu segalanya tentangku, kesalahanku dan kebiasaanku. Tapi karena kepribadiannya yang super simple dan apapun yang dilakukan olehku selalu dia terima dan maklumi, inilah yang aku suka darinya dan hal inilah yang menyebabkan persahabatan kami bertahan hingga sekarang.  
Aku putuskan untuk ke belakang panggung untuk mengikuti Felix dengan Luna, sudah aku pikirkan kalimat apa yang harus aku katakan dengan Felix atas kesalahan kemaren karena sudah cemburu dan marah – marah dengannya padahal tampa bukti. Di dekat pintu aku mendengar suara Felix tapi..
“Sayang ntar malam aku antar pulang ya, tapi sebelum kita pulang kita jalan – jalan dulu kebetulan ada tempat bagus gimana??”
“Ah… boleh tapi gimana dengan Ditha? Kan dia pacar kamu terus tadi juga datang ama kamu”?
“aku udah enggak suka lagi ama Ditha, secara tidak resmi aku udah putus kok ama Ditha, sapa yang suka cewek yang sibuk dnegan organisasinya sendiri, mana marah – marah lagi, lagian juga kamu lebih cantik dari Ditha. Gimana kamu mau kan jadi pacar aku?”
“em… kamu terlalu memuji aku deh, aku mau deh jadi pacar kamu”
Tidak, itu bukan suara Felix, aku putuskan untuk membuka pintu dan di depan mataku mereka sedang berpelukakan dan hampir berciuman, oh… tidak
“Felix…”
Aku lari dari ruangan belakang dan melewati Reno yang mengikutiku di belakang sejak dari tadi, aku berlari hingga ke parkiran, aku tersadarkan akan besarnya cintaku ama Felix dan ini berbanding terbalik dengan harapanku dengannya, selama ini ternyata anggapanku terhadap Felix salah dan apa yang telah aku korbankan sia – sia. 
Diparkiran air mataku tidak dapat di tahan lagi, aku menangis di pelukan reno hingga terisak – isak dan tidak dapat mengatakan sepatah katapun padanya untuk menjelaskan segalanya.
“udah ditha enggak ada kelebihannya juga tuh cowok kamu tangisin”
Dari kejauhan aku melihat Tiar yang menuju ke parkiran. “hai guys ngapain di parkiran acaranyakan belom selesai??” tapi pas Tiar lihat mukaku seperti habis menangis wajahnya langsung berubah “kamu ngapa dit?kok seperti habis nangis?” aku belum sempat menjawab pertanyaan Tiar, Reno sudah langsung menjawab “Tiar bisa antarin Ditha enggak pulang?ditha sakit perut neh,”. “ren aku ga apa –apa kok ntar kalo aku ga ada sapa yang hendel acaranya? Kataku. “uda ga apa – apa acaranya juga udah mau selesai kamu pulang aja ama Tiar ya udah pergi sana”. “iya dit biar aku antar yuk aku jug udah mau pulang neh, rumah kamukan dekat rumahku juga, jadi bisa, yuk??”
“ iya deh makasih ya Ren, aku pulang duluan ya.” Kataku.
“hati-hati ya ditha, Tiar titip ya ditha jangan kamu jual ya he…”. Jawab reno. Pada saat seperti ini Reno masih melucu,
“Ok deh bos tenang aja aku akan mengantar Tuan Putri Ditha sampai tujuan tampa lecet sedikitpun he…., tunggu ya dit aku ambil motorku dulu ada di parkiran ujung tuh”.
Beberapa menit kemudian Tiar udah datang dengan motor vixionnya, dan sepanjang perjalanan pulang Tiar banyak bercerita tentang hal – hal yang lucu dan aku hanya diam dan sekali –kali menjawab dengan iya dan tidak. Dalam keadaan ini aku tidak sanggub untuk berbicara setelah kejadian di acara tadi.
Rumahku tidak jauh dari Tiar, hanya beberapa blok rumah, kami memang tetanggaan tapi jarang berbicara kalo ketemu hanya say hello saja, jadi aku kurang tahu kepribadiannya. Tiar cowok yang berkulit kuning langsat, kami berbeda jurusan tetapi dalam satu kampus yang sama.
“makasih ya Tiar, mau masuk?”.
“enggak usah deh dit lain kali aja kan rumah kita juga dekat, ya udah aku jalan dulu ya”.
“eh.. iya hati – hati ya”.
Setelah kepergian Tiar aku langsung masuk kamar, di rumah lagi enggak ada orang tua, semuanya pada keluar kota jadi aku dapat leluasa untuk menangis, tapi anehnya air mataku udah ga mau keluar lagi padahal tadi pas lagi ama Reno maunya nangis terus.
Setelah berpikir panjang sepertinya emang aku harusnya tidak menangis, aku akan putuskan untuk tidak pacaran hingga aku selesai kuliah dan aku berencana untuk melanjutkan S2 ke Korea. Karena besok udah liburan akhir semester aku berencana untuk jalan – jalan ke Kalimantan kebetulan ada temanku di sana, aku hanya pergi sendiri karena Reno mau ke Bali bersama dengan keluarganya pada liburnya kali ini. Aku mengirim pesan pada Reno untuk memberitahunya kalo aku sudah sampai, setelah bersih – bersih dan akhirnya tertidur.
Akhirnya sampai juga ke Bandara Supadio, Kalimantan Barat. Setelah menghabiskan waktu penerbangan hanya 1 jam dari Jakarta. Dari kejauhan aku dapat melihat Tessa, cewek keturunan Cina ini melambaikan tangan dan langsung memelukku saat aku mendekat. Dengan logat Cina yang masih kental
Tessa berkata “gimana perjalanannya asik ga? yuk jalan tadi aku bawa mobil kita jalan – jalan dulu ya, kita cari makanan khas Cina pasti kamu belom makan”.
Kami berkeliling mencari makanan dan akhirnya ketemu juga tempat penjualan makanan Cina yang dimana dalam 1 komplek semuanya menjual makanan khas Cina dan ini dapat dinikmati oleh banyak kalangan dan bisa dikatakan halal 100 %. Pontianak merupakan kota yang tidak terlalu besar kalo kita baru pertama kali datang mudah sekali untuk mengingat jalannya dan tempat wisata yang ada disana.
Setelah makan Tessa langsung mengajakku jalan – jalan ke Mall yang selalu ramai pada hari – hari libur karena ini merupakan salah-satunya Mall yang ada di  sana, kemudian ke tempat penjualan barang – barang khas Pontianak, Uhhhh banyak banget dan ramai. sudah 1 minggu setelah kejadian itu dan aku sudah mulai perlahan – lahan melupakannya. Setelah letih berkeliling kami memutuskan untuk pulang, di rumah Tessa aku disambut baik oleh orangtuanya Tessa dan Tessa mengajakku untuk tidur bersama sambil berbagi pengalaman setelah kami sudah lama tidak bertemu. Sebelumnya Tessa adalah teman SMA ku tapi karena ayahnya di pindah tugaskan ke Kalimantan Barat makanya kami berpisah sewaktu kelas 2 SMA.
Malam harinya kami bercerita hingga subuh dan aku ceritakan pengalamanku setelah kami berpisah dan kejadian pada saat acara ulang tahun ke 13 kampus, semuanya. Hal ini membuat Tessa tertawa dan aku juga tidak merasakan kesedihan dan ikut tertawa dengannya.
 Keesokan harinya Tessa mengajakku ke bandara lagi katanya mau menjemput sepupunya yang dari Jakarta juga, aku tidak terlalu memerdulikan siapa orangnya, Tessa mengatakan dia juga salah – satu anak  di kampusku. Setelah lama menunggu akhirnya pesawatnya sampai juga dan  dari kejauhan sudah terlihat cowok yang menggunakan kaos putih dan jeans membawa tas yang terlihat simple, dan dari kejauhan terlihat penampilannya lumayan menarik.  
“Tiar.. sini…..” panggil Tessa. Dari kejauhan cowok tersebut langsung menuju ka arah kami dan tampa aku sadari ternyata cowok tersebut juga memperhatikan aku, setelah mendekat
“loh Dit kok ada di sini?”kata Tiar.  
“ahh….Tiar ngapain? Kok ada disini juga?”jawabku.  
tessa langsung berkata “jadi kalian udah saling kenal, kirain belom aduh jadi aku enggak perlu repot – repot lagi menjodohkan kalian”.
Setelah mendengar hal tersebut kami langsung sama – sama menoleh dan berkata “apa?”. “ he… enggak kok hanya bercanda habisnya kalian sih berdua aja”kata Tessa.
Ternyata Tiar adalah sepupunya Tessa, mengapa aku enggak tahu ya. Emang dari dulu aku dan Tiar juga tidak dekat dan Tessa juga tidak pernah menceritakan sepupunya Tiar padaku. Tessa dan Tiar lebih banyak berbicara berdua, karena aku tidak terlalu dekat dengan Tiar jadi lebih banyak diam. Tampa aku sadari secara diam – diam aku memperhatikan Tiar dan ternyata Tiar juga begitu. OMG mataku tertuju pada matanya, aduh aku ketangkap basah udah mencuri – curi pandang.
Malamnya pas lagi di kolam renang dengan kakiku masukkan ke dalam air kolam dan merasakan dinginnya air, kebetulan cuaca di daerah Pontianak panas sekali pada malam hari jadi aku putuskan untuk duduk di tepi kolam. Dengan menutup mata aku mengingat masa laluku sebelum bertemu dengan Tiar, bagaimana awalnya pada saat di OSPEK, terus kalo ketemu di kampus juga hanya say hallo, kalo ketemu pas lagi jogging di kompleks rumah hanya senyum itu juga pas kelihatan aja, tapi kalo ga kelihatan kami sama – sama tidak mengenal satu sama lain. Tapi sekarang aku satu atap dengannya dan jadi dapat mengenalnya lebih dalam dan akhirnya ketemu lagi.
Setelah puas menutup mata akhirnya aku membuka mata dan ternyata Tiar ada di sampingku dan memainkan air kolam juga. OMG aku syok berat.
 “apa yang kamu pikirkan sih lama amat nutup matanya”? kata Tiar. Saking syoknya aku mengalami kesulitan untuk menjawab pertannyaannya, apalagi yang sedang aku pikirkan adalah Tiar.
“kok hanya diam?hayo jangan bilang lagi mikirin aku ya?he…” kata Tiar.
“he… ga kok, ih… keGR-an deh. kamu ngapain keluar sekarangkan uda malam?”jawabku
“lagi malas ga bisa tidur jadi aku ke kolam, eh ternyata kamu ada di sini jadi aku ikutan deh”kata Tiar dengan tatapan manisnya.
“oh…”jawabku
Kemudian kami hanya diam dan tenggelam dalam pikiran masing – masing.
“Dit boleh aku enggak ngapa di parkiran sewaktu acara ulang tahun kampus kamu nangis sih, ada masalah ya?” tanya Tiar.
Aku hanya diam, sambil menatapnya, ah.. ternyata pada waktu itu Tiar tahu aku menangis bukan karena sakit perut tapi karena Felix.
“kok diam lagi sih, jawab dong karena Felix ya??jangan marah ya waktu itu aku kebetulan lihat kamu marah – marah ama felix and luna terus kamu lari keparkiran jadinya aku ikutin kamu, aku takut kamu ngapa – ngapa jadi aku ikutin kamu” kata Tiar.
Tampa terasa air mataku mau memproduksi lagi dan tampa dapat aku bending air mata tersebut sudah menetes dan aku tidak dapat menjawab semua pertanyaan Tiar, dan Tiar memelukku erat sekali.
“aduh.. maaf ya, pertannyaan aku buat kamu sedih”
Setelah lama aku menangis di pelukan Tiar, dan Tiar menghapus air mataku
“aku menyukai kamu Dith”
Ah… Tiar suka ama aku, sejak kapan?ngapa enggak bilang dari kemaren?aku hanya berkata dalam hati
“udah lama waktu itu kamu masih jadian dengan Felix jadi aku hanya dapat melihat kamu dari jauh, aku takut kamu tahu jadi hanya dapat pendam rasa suka aku hingga sekarang. Aku mau mengubah rasa sakit yang kamu rasakan ini menjadi hiang dan kamu dapat membaginya denganku. Kamu maukan jadi pacarku?” kata Tiar
Tampa aku sadari aku mengangguk dan mengatkan “iya”, jawabku seketika itu juga Tiar memeluk aku lebih erat dan bilang “aku akan membahagiakan kamu dit, aku janji” kata Tiar. Aku juga memeluk Tiar lebih erat dan sambil mengangguk di punggungnya Tiar.
Di Bandara Spadio, tanganku dipegang erat sekali oleh Tiar, dan sambil melambaikan tangan pada Tessa dan kedua orangtua Tessa, kami akhirnya melangkahkan kaki untuk pulang.  Di dalam hati aku berkata Tiar aku berharap akan menjadi pacar terakhirku, dan menjadi suami terakhirku. Terima kasih Tuhan atas semuanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar