Laman

Kamis, 04 April 2013

YOU ARE A DOKTER??? LET’S GO WITH ME



Menjadi mahasiswa fakultas kedokteran adalah suatu kebanggaan bagi keluarga gue apalagi, gue masuk ke fakultas kedokteran yang terpandang dengan cara mendapatkan beasiswa, di mana untuk masuk harus menyisihkan ribuan pendaftar. Setelah mampu melewati tahapan itu, perjalanan sebagai mahasiswa kedokteran bisa di bilang gampang-gampang susah. Banyaknya tugas yang harus dikerjakan dan kurikulumnya yaitu problem based learning yang mengharuskan mahasiswanya lebih aktif dan mencari bahan kuliah sendiri. Alih-alih jika mahasiswa tersebut lagi malas untuk belajar maka kegagalan akan lebih dekat didepan mata.
Masih menjadi anak koas saja terkadang masih ada pasien yang meragukan kemampuan gue, gimana kalo sudah menjadi dokter. Tidak segan-segan ada pasien yang sok pintar atau kebetulan pintar menguji gue sebagai seorang calon dokter. Biasanya dia menguji ketepatan gue saat menensi darah, memberikan diagnosis, bahkan terkadang mereka sampai mencampurkan bahasa inggris dengan bahasa Indonesia saat berbicara (beruntung bukan pakai bahasa melayu atau dayak bisa berabe), maksud hati mungkin untuk menguji gue mengerti atau tidak dengan bahasa yang dia pakai kali ya, tapi kalo menurut gue pastinya ada unsur pamer apalagi kalo ternyata gue kedapatan salah menjawab. Uh… pastinya suara tertawanya yang nyaring akan membuat hidup loe menderita karena sudah menjadi korban kemurkaannya kemudian disusul dengan berkurangnya ukuran postur tubuh loe dalam waktu 1 detik.
Banyak opini dari masyarakat mengatakan bahwa menjadi dokter itu bisa cepat kaya, iya jika sudah menjadi dokter yang terkenal dan banyak pasien opini ini dapat diberikan dua jempol dehh. Perlu mengorbankan waktu dan biaya yang sangat besar untuk mendapatkan gelar sebagai dokter kemudian menjadi orang kaya.
Sebagai seorang dokter banyak banget pengalaman hidup yang gue dapat. Pertama sebagai dokter jika ditugaskan ke daerah harus tahu semuanya, mengapa? Di daerah dokter di anggab sebagai dewa, dengan cacatan dewa adalah orang yang pintar dan tahu segalanya, dari pertanyaan yang tidak penting seperti “perbedaan waktu antara Indonesia dengan Cina berapa jam ya??” “Abraham lincon presiden Amerika Serikat yang ke berapa??” Sambil memutar bola mata ke atas mencari jawabannya.
Kalo ada permasalahan di desa gue diutus ama pak. RT untuk menyelesaikannya.. bisa dibilang pekerjaan gue pagi-siang mengobati orang sakit, malam jadi kader-kader desa, subuh tidur yang nyeyak di rumah. Haaaa…. Dengan ini gue jadi punya ide untuk memberikan saran buat para pembuat kurikulum kedokteran agar dimasukkan mata kuliah ilmu pengetahuan umum biar saat dapat pertanyaan kayak gue ini bisa jawab dengan mantap.
Tanggung jawab sebagai dokter sangat berat sekali, pada saat koas jika terjadi kesalahan tidak akan di tuntut dan di bawa ke meja hijau, karena masih menyandang title mahasiswa dan masih di bawah tanggung jawab dokter pembimbing atau biasanya dokter spesialis. Tapi kalo sudah menjadi dokter, semua tanggung jawab ada di tangan sendiri, hidup dan mati loe yang menentukan, mau menjadi dokter seperti apa nantinya? salah mendiagnosa pasien sudah dikatakan malpraktek dan akhirnya menyebabkan kamatian kemudian masuk penjara, benar mendiagnosa pasien, maka pasien yang datang juga akan banyak dan secara otomatis income juga banyak, jadi bisa dibilang ucapan dan tindakan loe sebagai dokter adalah masa depan loe.
 “dokter kok sakit sih??”tanya si pasien yang gue tangani
“Dokter juga manusia kali bu” jawab gue dengan muka tersenyum tapi di dalam hati dongkol banget.
Slogan itu yang selalu gue pakai jika ternyata sistem imun gue lagi ngedrop dan harus terpaksa menjadi orang sakit kemudian sembuh setelah itu mengalami flu dan batuk yang sembuhnya berminggu-minggu. Jika sudah dalam keadaan ini gue terpaksa harus memakai masker pada saat bekerja, karena gue tidak mau ada korban berikutnya yang jatuh sakit karena gue, wajarkan pasien yang gue tangani bisa memberikan pertanyaan seperti itu.