1
Untuk pertama
kalinya aku memberanikan diri melangkahkan kaki kekota asing yang sejuk dan
lingkungan yang penuh dengan bahasa yang halus terdengar ditelingaku. Yah,
untuk pertama kalinya aku pergi dengan seijin orangtuaku dan kedua orangtua
yang menjodohkan aku dengan anaknya. Biasanya aku pergi tanpa berpamitan dan
tanpa sepengetahuan orangtuaku, tapi kali ini berbeda, semuanya sudah diatur.
Sebenarnya
terdapat rasa berat untuk aksi penjodohan ini jika tidak karna tertangkapnya
aku pada saat keluar kota oleh tetanggaku, ibu Ratna. Selain karena bu Ratna
yang ratu gosip dan apa yang diketahuinya akan tersebar entah kemana, tetapi
ibu Ratna juga teman seperjuangan ibu dalam bergosip. Dengan secepat kilat
kontan saja mengambil handphone dan menelpon ibu.
Pada saat itu juga
ibuku langsung menelponku dan meminta pertanggungjawaban, dengan suara yang
nyaring di ujung telpon, aku hanya dapat menarik napas dalam, jangan membantah
ini bukan waktunya untuk berdebat. Mood untuk berlibur pupus sudah, ibu
menggertakku jika aku tidak pulang dalam waktu satu minggu semua ATM, kartu
kredit akan terblokir dan tidak dapat dipakai. Aku akan tinggal dijalanan dan
mau tidak mau aku harus pulang ke rumah dan meminta maaf dan meminta kembali
jatahku.
Ibu memang tidak
pernah bermain-main dengan kata-katanya dan apalagi mengingkari janji jika
memang menurutnya aku pantas untuk mendapatkan, Ia akan berusaha untuk melakukannya.
Salah satunya adalah penjodohan ini, sebenarnya sudah lama aku ketahui niat
ibu, apalagi aku sudah kuliah tingkat akhir dan ibu tidak mau anaknya menjomblo
dan menjadi perawan tua. hanya saja ibu belum menemukan kesempatan yang baik
untuk membuat aku mau untuk menurutinya.
Tapi ya sudahlah
tidak ada salahnya mencoba
ibu bilang “kalau
memang tidak cocok ya jangan diteruskan, ibu akan mencari yang lain yang lebih
baik”, gubrak…
aku sudah
mendapatkan nomor handphone dan foto sebagai modalku untuk mencari laki-laki
yang akan dijodohkan. Jika dilihat dari foto tidak ada jeleknya, hanya saja
hidungnya sedikit kempes jadi sedikit lucu dan imut wajahnya. Dia akan
menjemputku dan menunggu di bandara, tapi saat mataku menyusuri kerumunan orang
yang menjemput tidak ada wajah yang aku kenal.
Tapi tiba-tiba pencarianku
berhenti dengan muka merah dan bingung. kok namaku terpampang sangat besar di
pojokkan dengan tulisan Keren Pratama. Aduh
seperti mencari orang hilang saja pakai acara ditulis di kertas lagi namaku.
Dengan
perlahan-lahan melangkah aku memperhatikan wajah yang ada didepanku, ternyata
berbeda dengan yang ada di foto yang diberikan ibu, jangan-jangan mereka
berbohong denganku. Ini terlihat lebih ganteng dengan wajah yang berkulit
putih, tingginya 5 cm dariku, hidungnya mancung banget, oh… jika aku
ingat-ingat perkawinan yang berbeda Negara yang dapat menghasilkan gen seperti
ini.. heee…pelajaran biologiku tidak jelek-jelek banget..
Kalau begini
seharusnya aku tidak menolaknya.
2
“ini bukan zaman
siti nurbaya yang harus dijodohkan lagi ibu” kataku
“memangnya kamu
mau jadi perawan tua? kamu itu tidak ada tanggung jawab keren, maunya
jalan-jalan terus, kerja aja belum, mau sampai kapan?” dengan suara yang
sedikit dihaluskan
“Nikah itu gampang
ibu, kalau memang jodoh laki-laki tidak mungkin kemana”
“iya jodoh juga
harus dikejar”
“pokoknya aku
tidak mau”
“oke, kamu boleh
memilih tidak mau tapi tidak ada kartu ATM, tidak ada Kartu kredit dan tidak
ada lagi biaya dadakan semua”
Dengan tatapan
bingung, apa yang harus aku lakukan tanpa kartu-kartuku. Dengan menahan tangis,
diam memandang kakiku yang kukunya belum di cat..
“tidak ada
salahnya mencoba ya.. ibu pasti tidak akan sembarangan menjodohkanmu dengan
orang yang tidak di kenal, jadi tenang saja ibu sudah memilih bibit, bobot dan
bebetnya, apalagi ini anak teman ibu, semuanya sudah ibu tahu”
3
“hi… Keren bukan?”
“iya”
“aku Daniel,
temannya willy, kebetulan dia lagi tidak
dapat menjemput sekarang lagi sibuk keluar kota tapi jangan kecewa dulu tiga
hari kedepan sudah pulang”
“oh…”
“mari kita ngomong
di mobil saja ya”
Dengan langkah
yang lesu ternyata harapanku habis sudah, ini bukan laki-laki yang akan
dijodohkan denganku, aku tarik kembali deh kata-kata tadi ingin dijodohkan.
tapi jika dilihat difoto ada sisi yang hampir mirip hanya beda hidung saja.
Laki-laki itu ternyata
juga tidak mau dijodohkan, jika memang dia mau pastinya tidak akan membiarkan
aku dijemput oleh temannya, hanya aku saja yang bodoh maunya disuruh-suruh ikut
serta dalam perjodohan ini. Em… hanya dapat berdoa untuk bertahan dalam waktu 1
minggu ini setelah itu aku bebas.
Dengan kesunyian
dalam mobil akhirnya aku berinisiatif untuk menyalakan music menekan tombol
player, oh.. david arculate “something about love”.
“kamu suka lagunya?”
kata Daniel
“iya david
termasuk salah satu actor favoritku” kataku
“willy banyak
menceritakan masalah perjodohan ini, aku rasa ini sedikit lucu apalagi kalian
sama-sama tidak mengenal”
Aku hanya diam dan
menatap Daniel berbicara
“apakah kalian
sudah pernah menelpon?”
Aku menggeleng..
Tampaknya Daniel
tahu kalau aku sedang tidak ingin berbicara banyak, jadi dia mengajaku makan
kemudian mengantarku ke hotel tempat aku menginap. Ia berkata nanti sore akan
datang lagi menjemputku untuk keliling Bandung, aku tahu itu hanya permintaan
willy tapi Daniel tidak mengatakannya.
Waktunya untuk
tidur, setelah tadi malam ibu membantu aku untuk memilih pakaian yang layak
dipakai menurut ibu, tapi ternyata ibu lupa sudah menghabiskan waktu dikamarku
dan baru menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, cepat-cepat ibu
pergi dan berpesan untuk tidur lebih awal karena besok akan naik pesawat pagi.
Tapi kepergian ibu
tidak membuatku untuk tidur lebih awal, hobiku untuk menulis timbul setelah
rasa kantuk belum juga datang akhirnya aku baru dapat tidur pukul 2 pagi.
Ibu bangun lebih
awal dariku, aku baru dapat tidur 2 jam sepertinya ibu tidak bisa tidur juga
dan terlihat lebih bersemangat untuk membangunkanku.
4
Kota bandung
memang tempat yang bagus, selain pemandangannya makanannya juga banyak yang
beragam. Kota bandung banyak didomisili oleh suku sunda dengan bahasa aa dan
neng untuk memanggil abang dan adik sebagai tanda sayang. Makanan pertama yang
aku makan adalah telur yang digoreng tetapi berbentuk seperti gulungan kue,
terlihat sederhana tetapi kreasi dari sebutir telur sangat bernilai sekali,
dari sanalah aku menyukai makanan sunda.
Daniel banyak
bercerita tentang Bandung, dari hal yang kecil hingga menurutku tidak penting
juga diceritakannya, tapi aku mengagab itu bagus karena aku bukan tipe orang
yang dapat berbicara banyak dengan orang yang baru aku kenal, dan ini
kesempatanku untuk diam dan tidak perlu mencari bahan untuk pembicaraan.
Tapi satu hal yang
masih mengganguku daniel tidak pernah membicarakan tentang willy selain di
dalam mobil tadi siang.
Kami keliling
Bandung hingga malam, tempat aku menginap juga sudah sangat sepi hanya ada aku
dan daniel di ruang duduk, banyak sekali yang kami bicarakan, daniel teman yang
enak di ajak ngobrol, sudah tidak ada rasa canggung lagi dengannya padahal kami
baru kenal tadi siang, hingga akhirnya
david menanyakanku
“mengapa kamu mau
dijodohkan? Apa pacar kamu tidak marah?”
“aku tidak punya
pacar, kau tahu aku dan willy juga karna aksi perjodohan ibuku dan ibunya, jadi
tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya”
“apa kau setuju? inikan
hal yang dapat kau tolak, apalagi masalah masa depanmu?”
“entahlah, aku
rasa tidak ada salahnya mencoba. Menurutmu bagaimana, terasa aneh bukan?”
dengan tetap memperhatikan langit yang bertaburan bintang, aku tersenyum
membayangkan apa yang akan terjadi jika ternyata laki-laki yang dijodohkan tidak
datang juga…
Cukup lama kami
duduk hingga akhirnya Daniel memecah kesunyian.
“aku harus pulang,
aku rasa kau perlu menelpon willy untuk menanyakan keberadaannya setidaknya
agar tidak merasa canggung pada saat bertemunya nanti”
Hanya
menganggukkan kepala, karena tidak ada yang dapat aku jawab apakah perlu
menolak atau tidak.
Dengan lambayan
tangan Daniel meninggalkanku. Daniel tinggal di hotel yang sama denganku, kamar
kami berseberangan dari jendela terlihat Daniel sedang mengetik di depan
laptopnya. Terdapat rasa kagum terhadapnya dengan kesibukan yang banyak sekali
dia masih tetap membantu temannya.
5
Kami sudah
berkeliling, Daniel mengajakku ke museum, ketempat-tempat yang belum pernah aku
pergi, dan mengajakku berburu kuliner. kami seperti pasangan kekasih saling
memberi suapan, bergandengan tangan, terasa rasa aman, dan tidak ingin dia
pergi, tidak ingin laki-laki yang dijodohkanku datang dan memisahkan kami. Oh..
tidak, apa aku mulai menyukainya? Tidak, ini tidak boleh terjadi ibu akan marah
dan merasa malu dengan temannya tersebut.
Kami duduk
ditaman, suasana yang tenang dan terlihat langit sudah menguning dan mendung.
Kami hanya diam dan memperhatikan kolam didepan,..dengan tetap menggenggam
tanganku Daniel berkata “Karen apa kamu mau menjadi teman hidupku?”
Dengan tatapan
terkejut aku menatapnya, ternyata dia juga sedang menatapku tidak ada kata-kata
yang dapat aku ucapkan.
“apa yang kamu
lakukan jika ternyata aku adalah laki-laki yang dijodohkan oleh orangtuamu?”
“apa maksudmu
Daniel?”
“aku berharap kamu
tidak marah, selama ini aku sudah berbohong”
Dengan menyipitkan
mata, aku masih tetap menatapnya dengan pertanyaan yang banyak sekali
dikepalaku, Daniel tetap melanjutkan bicaranya
“sebenarnya aku
laki-laki yang dijodohkan oleh orangtuamu”
“apa?” dengan
suara yang rendah karena terkejutku, aku masih tidak dapat melanjutkan
pertanyaan.
“aku berharap kamu
tidak marah ya keren, awalnya aku juga tidak ingin dijodohkan makanya aku pura-pura
menjadi Daniel”
“apa maksudmu?
lalu siapa yang ada difoto itu?”
“itu adikku, kami
punya wajah yang hampir sama, aku sengaja mengirim fotoku satu hari sebelum
keberangkatanmu agar orangtuamu tidak sempat bertemu dengan orangtuaku”
Entah apa yang
terjadi air mataku tiba-tiba mengalir, aku berusaha menahannya, apa ini karena
aku senang atau aku merasa sedih karena selama ini aku telah dibohongi.
“keren please,
jangan menangis aku tahu, aku salah maafkan aku ya”
Aku Hanya dapat
mengangguk, dengan perlahan Daniel menghapus air mataku dan memelukku.
“jadi kamu tidak
marahkan, apa kamu masih mau menjadi pacarku?”
“yah, aku mau,
tapi dengan syarat”
“he… apa maksudmu
dengan syarat?”
“please jangan
memelukku dengan erat seperti ini, aku sesak napas tau”
Daniel melepas
pelukannya…”itu syarat yang mudah sekali”
6
Hari ini, aku
sudah dibandara, dengan tetap menggenggam tanganku, willy sepertinya tidak
menginginkan aku pergi. Setelah kejadian ditaman dan kejujurannya. Aku sudah
dapat memaafkannya, setidaknya dia juga menyukaiku, jadi tidak ada rasa marah
yang dapat aku keluarkan padanya.
“aku harap kamu
mau menelponku jika sudah sampai di rumah”
“iya Daniel”
“loh kok tetap
manggil Daniel sih?”
“siapa yang suruh,
pakai nama Daniel, jadinya aku ingat terus, wuek..”
“dasar, siapa juga
percaya-percaya aja dengan omonganku”
“ih… kamu tuh ya
tidak mau mengalah lagi, aku uda mau pulang sekarang”
dengan memelukku “
he…iya…hati-hati dijalan ya, jangan suka jalan-jalan lagi, jangan melirik
laki-laki lain lagi, ingat aku banyak mata-mata disana”
“iya aku juga
sudah tahu mata-matamu siapa”
Dengan melepas
pelukannya.. kami berpisah dalam hati aku berkata ibu aku rasa candidat ibu
lolos dalam seleksi, tidak perlu mencari yang lebih baik dari ini lagi, sudah
cukup satu ibu..
Terasa berat
langkahku tapikan kuliahku belum selesai, dengan semangat 45 aku ingin
cepat-cepat menyelesaikan kuliahku dan kembali kesini jadi kami tidak perlu
berpisah dalam waktu yang cukup lama seperti ini lagi.
7
Dengan senyum yang
terpancar, dengan mata tertutup dan duduk tenang ditaman, aku dapat melihat
ketenangan dari wajahnya. Terlihat rambut kecil bertebaran diwajahnya, ingin
rasanya menggeser rambut yang menganggu, tapi aku tidak mengenalnya, apa
hubungannya denganku.
Aku bertemu
dengannya lagi di acara ulang tahun nenek, awalnya aku merasa terpaksa datang
tapi kalau jadinya seperti ini sih tidak apa-apa. Tapi siapa dia mengapa dia
ada di acara keluargaku. Dia duduk dipojok, ingin rasanya menemaninya tapi
sepertinya dia asik bermain dengan handphonenya.
Untuk ketiga
kalinya, aku menatap perempuan yang cantik didepanku, ingin rasanya tidak
melanjutkan rencana yang sudah aku buat, tapi tidak boleh, ini harus tetap
dilakukan, aku sudah terlanjut berbohong. Dia terlihat sangat dingin,
jangan-jangan dia juga tidak menyukai aksi perjodohan ini, apa yang harus aku
lakukan..
Mengapa ibu tidak
memberitahuku terlebih dahulu siapa perempuan yang akan dijodohkan padaku. Setidaknya
aku dapat bersiap-siap.
Dia juga menyukai
music yang sama, sama-sama menyukai kuliner, sama-sama menyukai lukisan tapi
tidak dapat melukis. Wajah dan senyumnya sudah kembali seperti semula seperti
pertama kali aku bertemu dengannya di taman.
Di bawah sinaran rembulan,
dia menatap bulan, dengan senyuman yang terpancar, oh… tidak, apa yang
dipikirkannya.. Ingin rasanya memeluknya malam ini, tidak boleh ada lagi
laki-laki yang dapat mendekatinya lagi.
Akhirnya aku dapat
mengatakan sejujurnya, aku tidak dapat menahannya lagi, dia perempuan yang
selama ini aku cari, gadis taman yang senyum yang tidak dapat aku lupakan.
Dia juga
menyukaiku, akhirnya aksi perjodohkan ibu tidak berlanjut lagi, ibu aku hanya
mau perempuan ini jangan ada lagi jadwal perjodohan untuk berikutnya. (end)