Laman

Senin, 07 Mei 2012

Indah Pada Waktunya

1
Untuk pertama kalinya aku memberanikan diri melangkahkan kaki kekota asing yang sejuk dan lingkungan yang penuh dengan bahasa yang halus terdengar ditelingaku. Yah, untuk pertama kalinya aku pergi dengan seijin orangtuaku dan kedua orangtua yang menjodohkan aku dengan anaknya. Biasanya aku pergi tanpa berpamitan dan tanpa sepengetahuan orangtuaku, tapi kali ini berbeda, semuanya sudah diatur.
Sebenarnya terdapat rasa berat untuk aksi penjodohan ini jika tidak karna tertangkapnya aku pada saat keluar kota oleh tetanggaku, ibu Ratna. Selain karena bu Ratna yang ratu gosip dan apa yang diketahuinya akan tersebar entah kemana, tetapi ibu Ratna juga teman seperjuangan ibu dalam bergosip. Dengan secepat kilat kontan saja mengambil handphone dan menelpon ibu.
Pada saat itu juga ibuku langsung menelponku dan meminta pertanggungjawaban, dengan suara yang nyaring di ujung telpon, aku hanya dapat menarik napas dalam, jangan membantah ini bukan waktunya untuk berdebat. Mood untuk berlibur pupus sudah, ibu menggertakku jika aku tidak pulang dalam waktu satu minggu semua ATM, kartu kredit akan terblokir dan tidak dapat dipakai. Aku akan tinggal dijalanan dan mau tidak mau aku harus pulang ke rumah dan meminta maaf dan meminta kembali jatahku.
Ibu memang tidak pernah bermain-main dengan kata-katanya dan apalagi mengingkari janji jika memang menurutnya aku pantas untuk mendapatkan, Ia akan berusaha untuk melakukannya. Salah satunya adalah penjodohan ini, sebenarnya sudah lama aku ketahui niat ibu, apalagi aku sudah kuliah tingkat akhir dan ibu tidak mau anaknya menjomblo dan menjadi perawan tua. hanya saja ibu belum menemukan kesempatan yang baik untuk membuat aku mau untuk menurutinya.
Tapi ya sudahlah tidak ada salahnya mencoba
ibu bilang “kalau memang tidak cocok ya jangan diteruskan, ibu akan mencari yang lain yang lebih baik”, gubrak…
aku sudah mendapatkan nomor handphone dan foto sebagai modalku untuk mencari laki-laki yang akan dijodohkan. Jika dilihat dari foto tidak ada jeleknya, hanya saja hidungnya sedikit kempes jadi sedikit lucu dan imut wajahnya. Dia akan menjemputku dan menunggu di bandara, tapi saat mataku menyusuri kerumunan orang yang menjemput tidak ada wajah yang aku kenal.
Tapi tiba-tiba pencarianku berhenti dengan muka merah dan bingung. kok namaku terpampang sangat besar di pojokkan dengan tulisan Keren Pratama. Aduh seperti mencari orang hilang saja pakai acara ditulis di kertas lagi namaku.
Dengan perlahan-lahan melangkah aku memperhatikan wajah yang ada didepanku, ternyata berbeda dengan yang ada di foto yang diberikan ibu, jangan-jangan mereka berbohong denganku. Ini terlihat lebih ganteng dengan wajah yang berkulit putih, tingginya 5 cm dariku, hidungnya mancung banget, oh… jika aku ingat-ingat perkawinan yang berbeda Negara yang dapat menghasilkan gen seperti ini.. heee…pelajaran biologiku tidak jelek-jelek banget..
Kalau begini seharusnya aku tidak menolaknya.


2
“ini bukan zaman siti nurbaya yang harus dijodohkan lagi ibu” kataku
“memangnya kamu mau jadi perawan tua? kamu itu tidak ada tanggung jawab keren, maunya jalan-jalan terus, kerja aja belum, mau sampai kapan?” dengan suara yang sedikit dihaluskan
“Nikah itu gampang ibu, kalau memang jodoh laki-laki tidak mungkin kemana”
“iya jodoh juga harus dikejar”
“pokoknya aku tidak mau”
“oke, kamu boleh memilih tidak mau tapi tidak ada kartu ATM, tidak ada Kartu kredit dan tidak ada lagi biaya dadakan semua”
Dengan tatapan bingung, apa yang harus aku lakukan tanpa kartu-kartuku. Dengan menahan tangis, diam memandang kakiku yang kukunya belum di cat..
“tidak ada salahnya mencoba ya.. ibu pasti tidak akan sembarangan menjodohkanmu dengan orang yang tidak di kenal, jadi tenang saja ibu sudah memilih bibit, bobot dan bebetnya, apalagi ini anak teman ibu, semuanya sudah ibu tahu”


3
“hi… Keren bukan?”
“iya”
“aku Daniel, temannya  willy, kebetulan dia lagi tidak dapat menjemput sekarang lagi sibuk keluar kota tapi jangan kecewa dulu tiga hari kedepan sudah pulang”
“oh…”
“mari kita ngomong di mobil saja ya”
Dengan langkah yang lesu ternyata harapanku habis sudah, ini bukan laki-laki yang akan dijodohkan denganku, aku tarik kembali deh kata-kata tadi ingin dijodohkan. tapi jika dilihat difoto ada sisi yang hampir mirip hanya beda hidung saja.
Laki-laki itu ternyata juga tidak mau dijodohkan, jika memang dia mau pastinya tidak akan membiarkan aku dijemput oleh temannya, hanya aku saja yang bodoh maunya disuruh-suruh ikut serta dalam perjodohan ini. Em… hanya dapat berdoa untuk bertahan dalam waktu 1 minggu ini setelah itu aku bebas.
Dengan kesunyian dalam mobil akhirnya aku berinisiatif untuk menyalakan music menekan tombol player, oh.. david arculate “something about love”.
“kamu suka lagunya?” kata Daniel
“iya david termasuk salah satu actor favoritku” kataku
“willy banyak menceritakan masalah perjodohan ini, aku rasa ini sedikit lucu apalagi kalian sama-sama tidak mengenal”
Aku hanya diam dan menatap Daniel berbicara
“apakah kalian sudah pernah menelpon?”
Aku menggeleng..
Tampaknya Daniel tahu kalau aku sedang tidak ingin berbicara banyak, jadi dia mengajaku makan kemudian mengantarku ke hotel tempat aku menginap. Ia berkata nanti sore akan datang lagi menjemputku untuk keliling Bandung, aku tahu itu hanya permintaan willy tapi Daniel tidak mengatakannya.
Waktunya untuk tidur, setelah tadi malam ibu membantu aku untuk memilih pakaian yang layak dipakai menurut ibu, tapi ternyata ibu lupa sudah menghabiskan waktu dikamarku dan baru menyadari waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, cepat-cepat ibu pergi dan berpesan untuk tidur lebih awal karena besok akan naik pesawat pagi.
Tapi kepergian ibu tidak membuatku untuk tidur lebih awal, hobiku untuk menulis timbul setelah rasa kantuk belum juga datang akhirnya aku baru dapat tidur pukul 2 pagi.
Ibu bangun lebih awal dariku, aku baru dapat tidur 2 jam sepertinya ibu tidak bisa tidur juga dan terlihat lebih bersemangat untuk membangunkanku.


4
Kota bandung memang tempat yang bagus, selain pemandangannya makanannya juga banyak yang beragam. Kota bandung banyak didomisili oleh suku sunda dengan bahasa aa dan neng untuk memanggil abang dan adik sebagai tanda sayang. Makanan pertama yang aku makan adalah telur yang digoreng tetapi berbentuk seperti gulungan kue, terlihat sederhana tetapi kreasi dari sebutir telur sangat bernilai sekali, dari sanalah aku menyukai makanan sunda.
Daniel banyak bercerita tentang Bandung, dari hal yang kecil hingga menurutku tidak penting juga diceritakannya, tapi aku mengagab itu bagus karena aku bukan tipe orang yang dapat berbicara banyak dengan orang yang baru aku kenal, dan ini kesempatanku untuk diam dan tidak perlu mencari bahan untuk pembicaraan.
Tapi satu hal yang masih mengganguku daniel tidak pernah membicarakan tentang willy selain di dalam mobil tadi siang.
Kami keliling Bandung hingga malam, tempat aku menginap juga sudah sangat sepi hanya ada aku dan daniel di ruang duduk, banyak sekali yang kami bicarakan, daniel teman yang enak di ajak ngobrol, sudah tidak ada rasa canggung lagi dengannya padahal kami baru kenal tadi siang,  hingga akhirnya david menanyakanku
“mengapa kamu mau dijodohkan? Apa pacar kamu tidak marah?”
“aku tidak punya pacar, kau tahu aku dan willy juga karna aksi perjodohan ibuku dan ibunya, jadi tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya”
“apa kau setuju? inikan hal yang dapat kau tolak, apalagi masalah masa depanmu?”
“entahlah, aku rasa tidak ada salahnya mencoba. Menurutmu bagaimana, terasa aneh bukan?” dengan tetap memperhatikan langit yang bertaburan bintang, aku tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi jika ternyata laki-laki yang dijodohkan tidak datang juga…
Cukup lama kami duduk hingga akhirnya Daniel memecah kesunyian.
“aku harus pulang, aku rasa kau perlu menelpon willy untuk menanyakan keberadaannya setidaknya agar tidak merasa canggung pada saat bertemunya nanti”
Hanya menganggukkan kepala, karena tidak ada yang dapat aku jawab apakah perlu menolak atau tidak.
Dengan lambayan tangan Daniel meninggalkanku. Daniel tinggal di hotel yang sama denganku, kamar kami berseberangan dari jendela terlihat Daniel sedang mengetik di depan laptopnya. Terdapat rasa kagum terhadapnya dengan kesibukan yang banyak sekali dia masih tetap membantu temannya.


5
Kami sudah berkeliling, Daniel mengajakku ke museum, ketempat-tempat yang belum pernah aku pergi, dan mengajakku berburu kuliner. kami seperti pasangan kekasih saling memberi suapan, bergandengan tangan, terasa rasa aman, dan tidak ingin dia pergi, tidak ingin laki-laki yang dijodohkanku datang dan memisahkan kami. Oh.. tidak, apa aku mulai menyukainya? Tidak, ini tidak boleh terjadi ibu akan marah dan merasa malu dengan temannya tersebut. 
Kami duduk ditaman, suasana yang tenang dan terlihat langit sudah menguning dan mendung. Kami hanya diam dan memperhatikan kolam didepan,..dengan tetap menggenggam tanganku Daniel berkata “Karen apa kamu mau menjadi teman hidupku?”
Dengan tatapan terkejut aku menatapnya, ternyata dia juga sedang menatapku tidak ada kata-kata yang dapat aku ucapkan.
“apa yang kamu lakukan jika ternyata aku adalah laki-laki yang dijodohkan oleh orangtuamu?”
“apa maksudmu Daniel?”
“aku berharap kamu tidak marah, selama ini aku sudah berbohong”
Dengan menyipitkan mata, aku masih tetap menatapnya dengan pertanyaan yang banyak sekali dikepalaku, Daniel tetap melanjutkan bicaranya
“sebenarnya aku laki-laki yang dijodohkan oleh orangtuamu”
“apa?” dengan suara yang rendah karena terkejutku, aku masih tidak dapat melanjutkan pertanyaan. 
“aku berharap kamu tidak marah ya keren, awalnya aku juga tidak ingin dijodohkan makanya aku pura-pura menjadi Daniel”
“apa maksudmu? lalu siapa yang ada difoto itu?”
“itu adikku, kami punya wajah yang hampir sama, aku sengaja mengirim fotoku satu hari sebelum keberangkatanmu agar orangtuamu tidak sempat bertemu dengan orangtuaku”
Entah apa yang terjadi air mataku tiba-tiba mengalir, aku berusaha menahannya, apa ini karena aku senang atau aku merasa sedih karena selama ini aku telah dibohongi.
“keren please, jangan menangis aku tahu, aku salah maafkan aku ya”
Aku Hanya dapat mengangguk, dengan perlahan Daniel menghapus air mataku dan memelukku.
“jadi kamu tidak marahkan, apa kamu masih mau menjadi pacarku?”
“yah, aku mau, tapi dengan syarat”
“he… apa maksudmu dengan syarat?”
“please jangan memelukku dengan erat seperti ini, aku sesak napas tau”
Daniel melepas pelukannya…”itu syarat yang mudah sekali”


6
Hari ini, aku sudah dibandara, dengan tetap menggenggam tanganku, willy sepertinya tidak menginginkan aku pergi. Setelah kejadian ditaman dan kejujurannya. Aku sudah dapat memaafkannya, setidaknya dia juga menyukaiku, jadi tidak ada rasa marah yang dapat aku keluarkan padanya.
“aku harap kamu mau menelponku jika sudah sampai di rumah”
“iya Daniel”
“loh kok tetap manggil Daniel sih?”
“siapa yang suruh, pakai nama Daniel, jadinya aku ingat terus, wuek..”
“dasar, siapa juga percaya-percaya aja dengan omonganku”
“ih… kamu tuh ya tidak mau mengalah lagi, aku uda mau pulang sekarang”
dengan memelukku “ he…iya…hati-hati dijalan ya, jangan suka jalan-jalan lagi, jangan melirik laki-laki lain lagi, ingat aku banyak mata-mata disana”
“iya aku juga sudah tahu mata-matamu siapa”
Dengan melepas pelukannya.. kami berpisah dalam hati aku berkata ibu aku rasa candidat ibu lolos dalam seleksi, tidak perlu mencari yang lebih baik dari ini lagi, sudah cukup satu ibu..
Terasa berat langkahku tapikan kuliahku belum selesai, dengan semangat 45 aku ingin cepat-cepat menyelesaikan kuliahku dan kembali kesini jadi kami tidak perlu berpisah dalam waktu yang cukup lama seperti ini lagi.



7
Dengan senyum yang terpancar, dengan mata tertutup dan duduk tenang ditaman, aku dapat melihat ketenangan dari wajahnya. Terlihat rambut kecil bertebaran diwajahnya, ingin rasanya menggeser rambut yang menganggu, tapi aku tidak mengenalnya, apa hubungannya denganku.
Aku bertemu dengannya lagi di acara ulang tahun nenek, awalnya aku merasa terpaksa datang tapi kalau jadinya seperti ini sih tidak apa-apa. Tapi siapa dia mengapa dia ada di acara keluargaku. Dia duduk dipojok, ingin rasanya menemaninya tapi sepertinya dia asik bermain dengan handphonenya.
Untuk ketiga kalinya, aku menatap perempuan yang cantik didepanku, ingin rasanya tidak melanjutkan rencana yang sudah aku buat, tapi tidak boleh, ini harus tetap dilakukan, aku sudah terlanjut berbohong. Dia terlihat sangat dingin, jangan-jangan dia juga tidak menyukai aksi perjodohan ini, apa yang harus aku lakukan..
Mengapa ibu tidak memberitahuku terlebih dahulu siapa perempuan yang akan dijodohkan padaku. Setidaknya aku dapat bersiap-siap.
Dia juga menyukai music yang sama, sama-sama menyukai kuliner, sama-sama menyukai lukisan tapi tidak dapat melukis. Wajah dan senyumnya sudah kembali seperti semula seperti pertama kali aku bertemu dengannya di taman.
Di bawah sinaran rembulan, dia menatap bulan, dengan senyuman yang terpancar, oh… tidak, apa yang dipikirkannya.. Ingin rasanya memeluknya malam ini, tidak boleh ada lagi laki-laki yang dapat mendekatinya lagi.
Akhirnya aku dapat mengatakan sejujurnya, aku tidak dapat menahannya lagi, dia perempuan yang selama ini aku cari, gadis taman yang senyum yang tidak dapat aku lupakan.
Dia juga menyukaiku, akhirnya aksi perjodohkan ibu tidak berlanjut lagi, ibu aku hanya mau perempuan ini jangan ada lagi jadwal perjodohan untuk berikutnya. (end)

Selasa, 01 Mei 2012

masakan anak kos dan nasi kotak

 bakso tempe ala aurelia ita
 cap cay sotong
 oseng cangkok manis
 ikan sambal goreng
 nasi kotak easy
semur nanas